# Part 1~ Anak Baru
~o~ BANGUN. Ya, bangun. Membuka
mataku menuju duniaku yang kelam. Terasa berat mataku untuk membantuku bangun
dari mimpi indah ini. Seketika pun kunang-kunang tidur, terbang tepat didepan
mataku. Membantuku duduk diatas tempat tidurku. Kunang-kunang itu bukan cuma
membantuku tapi mereka juga membuat kepalaku berdenyut sakit. Kucoba menahannya
namun aku tak bisa. Kuambil satu butir pil dari botol kecil, dan meneguknya
dengan air minum. Perlahan sakit itu lenyap dari kepalaku. Aku duduk sejenak di
atas sofa di dalam kamar mewahku ini. Aku pun beranjak melihat-lihat apakah ada
yang berbeda dari kamarku, ternyata tidak. Aku pergi ke balkon untuk
menghilangkan rasa kantukku. Mencoba menenangkan diri dan bertahan dengan sakit
yang sudah lama berkembang di otakku. Berharap tidak kambuh lagi untuk
selamanya. Aku tidak tau kapan aku akan menutup mataku untuk selamanya, karena
dokter mengatakan kalau kanker otakku sudah mau memasuki stadium dua. Tanpa
tersadar, aku pun meneteskan beningan air mata yang penuh harapan kepada Tuhan.
Semoga Tuhan mau mengeluarkan penyakit itu dari kepalaku. Aku pun segera
menyeka air mata itu dan menguap sepuas-puasnya, lalu bergegas berangkat
sekolah. Setiap pagi kami sekeluarga selalu sarapan bersama. Kau tau, aku
selalu diperhatikan oleh orang tuaku tidak seperti yang ada di film. Meskipun
sibuk dengan kerjaan, mereka selalu ada menemaniku. Namun, aku sama sekali
tidak dimanja,karena perhatian mereka yang sama sekali tidak berlebihan. Pagi
di sekolah terasa sangat menyenangkan, sahabatku langsung mendatangiku ketika
aku memasuki kelas.
“Hai, Rose. Another day
with me.”, kata Julia. Aku hanya membalas perkataannya dengan senyuman rasa
senang. Kami langsung duduk dan berbincang-bincang tentang segala hal, termasuk
keadaan penyakitku. Ya, dia tau semua tentang diriku, aku pun begitu. Sampai
pada perbincangan kami yang membuatku sangat-sangat tertarik untuk
mendengarnya.
“Tha, tau gak loe, kata
ayah gue, bakal ada anak baru dan masuk hari ini juga. Dan loe tau, dia juga
bakalan masuk ke kelas kita.”,kata dia dengan nada sedikit berbisik.
“Truusss....”, tanggapku.
Julia tau semua acara-acara yang akan ada di sekolah, karena dia seorang anak
kepala sekolah sekaligus menjabat sebagai ketua OSIS.
“Masa loe gk tertarik sih
dengernya!”, katanya
“Tertarik sih... cuma, apa
urusannya sama kita. Lagipula aku gak tertarik ngeliat orang itu gimana. Lagian
juga kita kan gak tau dia cewe apa cowo?kan loe tau sendiri, kalo bukan cowo
gue gak akan tertarik.”,jawabku sambil tersenyum jahil.
“Justru itu, tha. Karena
dia cowo makanya gue kasih tau loe.”, jelasnya.
“Oohhh... gitu toh. Belum
tertarik.”, kataku.
“Dan kemaren gue juga
dikasih liat sama bokap arsip anak baru itu. Gue gak sengaja ngeliat fotonya.
Dan loe tau, dia itu lebih ganteng dari aktor film twilight yang namanya edward
ya? Kalo gak salah deh, jarang nonton tv. Hehehe...”,
“Oya, yakin loe!”
“Iya donk. Masa gue bohong
sama sahabat gue sendiri. Percaya deh liat aja nanti.”, tantangnya.
Bincang-bincang kami pun terhenti,
ketika bel sekolah berbunyi yang menandakan guru akan segera masuk ke kelas.
Walaupun aku dan Julia bersahabat, tapi kami tidak duduk sebangku. Julia pun
segera pergi menuju tempat duduknya dan mengakhiri perbincangan kami pagi itu.
Aku duduk sendiri dengan bangku kosong yang tersedia di sebelahku. Bu
Christhina pun masuk diikuti seorang laki-laki yang pasti sudah bisa ditebak
siapa dia. Aku tak menanggapi mereka, sikapku yang juga dingin membuatku
memalingkan wajahku, menatap buku khusus yang sengaja aku isi dengan cerita-cerita
yang ada dalam pikiranku, seperti cerpen, dan menulis beberapa kalimat untuk
menyambung cerita yang belum selesai kubuat beberapa hari yang lalu. Hingga
akhirnya, suara nyaring itu menggangguku. Bu Christhina menanyakan padaku bahwa
ia ingin anak baru itu duduk disebelahnya. Aku pun mengiyakannya. Dia pun
berjalan menuju ke sebelahku, tanpa aku memandangnya. Aku tidak tau bagaimana
rasanya jika dia tidak kutatap, seperti tidak menghiraukan serigala berjalan
menuju kepada kita. Aku sengaja, tapi tidak bermaksud untuk bersikap sombong
hanya saja itulah sikapku. Dari pelajaran Bu Christhina hingga pelajaran Pak
Jaya, aku terus asyik menulis karangan yang membuat aku terbawa masuk ke dalam
ceritaku sendiri, tanpa tau bagaimana caranya keluar dari cerita yang kubuat
sendiri. Sampai akhirnya pertolongan pun datang, bel pun berbunyi lagi
menandakan waktu istirahat dimulai.
“Rose, kantin yuk!”, ajak
Julia sambil menunggu di depan pintu kelas.
“Iya. Tunggu bentar ya.”,
jawabku sambil memasukkan buku ke dalam tas, tanpa sengaja aku dan anak baru
itu bertatapan mata.
“Mau ke kantin? Bareng
yuk!”, ajakku spontan.
“Boleh.”, jawabnya sinis,
namun aku tidak tersinggung karena aku sudah biasa menghadapi orang seperti
itu. Aku dan anak baru itu berjalan menuju Julia yang sudah menunggu.
“Loe ajak dia.”, kata Julia
sambil tersenyum. Kami pun beranjak dari depan kelas menuju kantin yang akan
menjadi tempat istirahat kami bertiga untuk sementara. Kami pun duduk di tempat
yang biasa kami tempati. Sambil duduk kami pun memesan makanan.
“Mas, pesen nasi goreng
dua, eh loe mau makan apa?”, tanya Julia pada anak baru itu.
“Terserah loe aja.”,
jawabnya sombong namun sedikit membuat luluh hati para wanita.
“OK....!”, jawab Julia
sedikit ragu.
“Pesen nasi gorengnya tiga
sama jus jeruknya tiga juga. Udah itu aja, makasih ya, mas.”
Kami
pun berbincang-bincang sambil menunggu pesanan datang. Namun, anak baru itu
sombong sekali tidak mau mengucap satu kata pun. Aku memaklumi jika dia
terlihat seperti seorang pemalu, tapi aku melihat dia duduk dengan gaya sok
ganteng dan sok cool. Aku akui dia memang tampan, tapi gayanya yang gak nahan.
Tapi, akhirnya pikiran-pikiran jelek itu hilang ketika pesanan kami datang. Kami
pun melahapnya perlahan. Memang, anak baru
itu aneh sekali. Dia makan
seperti menganggap kami tidak ada. Dia melirik kesana kemari. Tak tau apa yang
dicari. Makan layaknya seorang pencuri yang tidak ingin makanannya diambil oleh
orang lain. Makan tanpa menghiraukan kami yang tengah memandanginya. Haha... :D
aku geli melihatnya, aku dan Julia pun mengeluarkan tawa kecil dari bibir kami.
Dia makan seperti seorang FBI yang tengah memata-matai incarannya. Tiba-tiba,
ia pun sadar kalau kami sedang menertawainya secara perlahan.
“Kalian
ngetawain apa sih?”, akhirnya dia mengeluarkan beberapa kata juga, leganya.
“Bukan apa-apa. Kita berdua heran cara makan kamu itu aneh
banget tau. Emangnya lagi nyari mangsa
ya buat dimakan bareng nasi goreng loe itu.
Haha...!”, kata Julia sedikit
mengejeknya. Aku pun ikut menyunggingkan senyum kecil di bibirku dan mulai
memakan lagi nasi gorengku. Ketika aku melahap beberapa sendok nasi gorengku,
aku merasakan keanehan, ternyata dari perbincangan terakhir tadi, anak baru itu
tidak menanggapi sedikit pun. Tiba-tiba, Julia menyenggolku dengan sikutnya, aku
segera menatapnya bermaksud mencari tahu apa maksudnya. Julia melirikkan
matanya pada anak baru itu, seolah memberi tanda ‘kau harus melihatnya rose,
ini penting’. Aku pun melihatnya dengan enggan. Ternyata anak baru itu sedang menatapku secara terang-terangan. Tak tau apa yang dicarinya dariku. Tanpa
sengaja kami pun bertatap mata untuk yang kedua kalinya.
“Mmmm. Hello!
Why are you looking me like that?”, tegurku dengan sok berbahasa inggris sambil
melambai-lambaikan tanganku di depan
matanya, membuyarkan pandangannya. Namun, dengan bantuan Julia yang menepuk
bahunya seperti habis dihipnotis, ia pun tersadar.
“Ohh.
Sorry, aku heran aja dari tadi di kelas sikap kamu itu dingin banget.”,
jawabnya sambil berpaling dariku dan melanjutkan makannya.
“Hmmm,
asal loe tau aja sikap dia itu emang dingin, tapi dia itu baik kok.”, kata
Julia menerangkan. Tak terasa bel pun berbunyi lagi. Yang memang bel itu
menyuruh kami agar kembali ke kelas. Kami pun kembali ke kelas setelah
menghabiskan makan.
#to be continued.... wkwk :)